Jumat, Maret 14News
Shadow

Berani Ambil Risiko! Mantan Pj Kepalo Tiyuh Mekar Asri Gadaikan Sertifikat Tanah Demi Pemekaran

Tulang Bawang Barat, Battikpost – Sebuah langkah tak biasa dan penuh risiko diambil oleh Dwi Suryanto, mantan Pj Kepalo Tiyuh Mekar Asri, Kecamatan Tulangbawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Demi mewujudkan mimpi pemekaran tiyuh menjadi desa definitif, sertifikat tanah milik masyarakat digadaikan sebagai solusi pendanaan—tanpa membebani warga dengan pungutan atau sumbangan.

Keputusan ini mengejutkan banyak pihak. Sebab, jarang ada pejabat yang berani mengambil langkah sejauh ini hanya demi kepentingan rakyatnya. Namun, bagi Dwi, tak ada pilihan lain jika ingin tiyuh mereka diakui secara resmi.

Tahun 2021, saat proses pemekaran dimulai, segala kebutuhan operasional harus segera dipenuhi. Dari pengukuran lahan, pemetaan wilayah, hingga penyambutan tim dari Kementerian Dalam Negeri—semuanya butuh biaya besar.

Saya tidak ingin meminta pungutan atau sumbangan dari warga, karena saya tahu, ekonomi masyarakat saat itu sedang sulit,” ujar Dwi.

Setelah rapat dengan tokoh masyarakat, keputusan nekat pun diambil: sertifikat tanah milik Budhi Susanto, warga Gunung Batin Udik, Lampung Tengah, digadaikan senilai Rp150 juta. Keputusan ini disepakati bersama dan didokumentasikan dalam berita acara resmi.

Kalau tidak digadaikan, mungkin Tiyuh Mekar Asri tidak akan pernah ada,” kata Dwi dengan nada penuh keyakinan.

Namun, perjalanan ini tidak berjalan mulus. Setelah Dwi tak lagi menjabat pada September 2024, sertifikat tanah yang digadaikan masih belum ditebus karena keterbatasan anggaran.


Foto dok battikpost : selamat menunaikan ibadah puasa 1446H.

Situasi ini sempat menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Namun, akhirnya setelah kesepakatan dengan tokoh masyarakat, sertifikat berhasil ditebus dan dikembalikan kepada Made Widianto, yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Permasyarakatan Tiyuh (BPT).

Marjuki, salah satu tokoh masyarakat, mengungkapkan kebanggaannya terhadap keputusan ini.

Ini contoh perjuangan nyata! Tanah ini milik masyarakat, dan dikorbankan untuk kepentingan kita semua. Kalau tidak ada aset yang bisa digadaikan, mungkin pemekaran tiyuh hanya akan jadi mimpi,” katanya.

Keberanian ini menjadi perbincangan luas, karena jarang ada desa yang berhasil mekar tanpa membebani warganya.

Langkah Dwi menuai pujian, tetapi juga mengundang perdebatan. Beberapa pihak mempertanyakan apakah langkah ini benar-benar satu-satunya cara, sementara yang lain menilai ini sebagai bukti kepemimpinan yang berani dan berpihak pada rakyat.

Namun, satu hal yang pasti: Tiyuh Mekar Asri kini telah menjadi desa definitif. Sebuah mimpi yang akhirnya terwujud—berkat keberanian, pengorbanan, dan keputusan yang tak biasa.(**).