
Battikpost, Lampung Selatan – Ratusan buruh PT San Xiong Steel Indonesia di Desa Tarahan, Lampung Selatan, masih belum menerima gaji bulan Maret 2025. Konflik internal antara dua kubu manajemen membuat pembayaran upah tertunda, sementara aktivitas pabrik terhenti sejak akhir Maret.
Pabrik yang bergerak di bidang baja tersebut saat ini dikunci dan tidak beroperasi. Rekening perusahaan juga diblokir, sehingga menyebabkan hampir 300 karyawan lokal serta 30 teknisi asing terlantar tanpa kepastian. Kondisi ini menimbulkan keresahan di kalangan buruh karena kebutuhan hidup terus berjalan, sementara pemasukan terhenti.
Dalam mediasi yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Lampung pada Kamis (10/4/2025), perwakilan buruh, Iwan Sitorus, menyampaikan tuntutan kepada dua pihak yang berseteru. Ia menegaskan bahwa para pekerja belum menerima gaji sejak Februari, meskipun Tunjangan Hari Raya (THR) sudah dibayarkan.
“THR memang dibayar, tapi gaji bulan Maret belum kami terima. Kami butuh kepastian, bukan tarik-menarik kepemimpinan,” kata Iwan di hadapan perwakilan pemerintah dan manajemen.
Konflik internal ini bermula dari perebutan posisi direktur. Pihak manajemen lama yang dipimpin oleh Akuang menyatakan kesediaan membayar gaji asalkan pabrik kembali beroperasi. Di sisi lain, Finny Fong yang mengklaim sebagai direktur baru, menawarkan solusi dengan syarat pihak lama mengundurkan diri dari struktur perusahaan.
Kuasa hukum Finny, Aristoteles Siahaan, menjelaskan bahwa kliennya telah resmi menjadi direktur sejak terbitnya Akta Nomor 11 Tahun 2024, usai mengakuisisi saham mayoritas dari pemilik sebelumnya, Cheng Ji Hong.
Namun hingga saat ini, belum ada kesepakatan antara dua pihak yang berseteru. Para buruh pun masih menggantungkan harapan di tengah situasi perusahaan yang belum stabil.
Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, M Firsada, mengatakan bahwa pertemuan lanjutan akan segera dijadwalkan. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga kelangsungan perusahaan dan memastikan hak-hak pekerja tetap terlindungi.
Baca Juga Terbaru
“Kami fokus pada penyelesaian masalah ini agar operasional kembali berjalan dan hak buruh segera dipenuhi,” ujar Firsada.
Situasi ini menunjukkan bahwa ketidakjelasan manajemen berdampak langsung terhadap nasib ratusan pekerja. Pemerintah diharapkan dapat menjadi penengah yang adil agar gaji buruh PT San Xiong Steel segera dibayarkan, dan roda industri di Lampung Selatan kembali berputar. (**).
