
Battikpost.site, Dalam catatan sejarah Nusantara, nama Dara Petak tidak hanya dikenang sebagai seorang perempuan, tetapi juga sebagai kunci penting dalam perjalanan kejayaan Majapahit. Putri Melayu dari Dharmasraya ini menjadi bagian dari cerita besar ekspedisi Pamalayu yang berujung pada dinasti Majapahit.
Kisahnya dimulai pada tahun 1275, ketika Prabu Kertanegara dari Singasari mengirimkan ekspedisi Pamalayu. Misi yang dipimpin Kebo Anabrang itu bertujuan menyatukan kekuatan di Nusantara guna menghadapi ancaman besar dari bangsa Mongol di bawah pimpinan Kubilai Khan. Ekspedisi ini membawa pulang lebih dari sekadar kemenangan; dua putri cantik dari kerajaan Dharmasraya, Dara Petak dan Dara Jingga, menjadi persembahan bagi Kertanegara.
Namun, ketika pasukan ekspedisi kembali ke Jawa pada tahun 1293, mereka menemukan tanah kelahiran mereka telah berubah drastis. Singasari telah runtuh. Jayakatwang dari Gelang-gelang menghancurkan kerajaan itu dan membunuh Kertanegara. Bahkan ancaman dari Mongol yang seharusnya dilawan Kertanegara kini menjadi urusan Raden Wijaya, pewaris takhta yang berhasil merebut kembali kendali dengan strategi cerdik memanfaatkan kekuatan Mongol untuk mengalahkan Jayakatwang sebelum akhirnya mengusir pasukan asing itu.
Hanya sepuluh hari setelah pasukan Mongol meninggalkan Jawa, pasukan ekspedisi Pamalayu kembali dengan membawa Dara Petak dan Dara Jingga. Singasari yang menjadi tujuan mereka telah lenyap, dan Majapahit telah berdiri dengan Raden Wijaya sebagai rajanya. Dara Petak yang terkenal akan kecantikannya kemudian dipinang oleh Raden Wijaya pada 4 Mei 1293.
Dara Petak menjadi istri kelima Raden Wijaya, bersanding dengan empat istri lainnya, yaitu Tribhuwaneswari, Gayatri, Mahadewi, dan Jayendradewanti. Namun, Dara Petak memiliki keistimewaan. Ia melahirkan seorang putra, Jayanegara, yang kelak menjadi raja kedua Majapahit. Hal ini menempatkan Dara Petak pada posisi terhormat sebagai ibu dari penerus takhta.
Sementara itu, Dara Jingga, saudarinya, dinikahi oleh Rakryan Mahamantri Dyah Adwyabrahma, seorang pejabat penting yang ikut serta dalam ekspedisi Pamalayu. Dari pernikahan ini lahir Adityawarman, yang kemudian menjadi raja di kampung leluhurnya, Dharmasraya, dengan gelar Maharajadiraja Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa pada tahun 1347.
Kehadiran Dara Petak di Majapahit bukan hanya soal pernikahan politik. Putri Melayu ini membawa pengaruh besar dalam mengokohkan dinasti Majapahit melalui keturunannya. Jayanegara, meski tak lepas dari kontroversi selama masa pemerintahannya, adalah simbol dari persatuan dua budaya besar Nusantara: Jawa dan Melayu.
Kisah Dara Petak adalah potret bagaimana perempuan di masa lalu memainkan peran penting dalam percaturan politik dan kekuasaan. Ia bukan hanya sekadar hadiah dari Dharmasraya kepada Singasari, melainkan simbol penyatuan kekuatan yang menjadi pondasi kejayaan Majapahit di kemudian hari.